Apa anda pernah terserang maag. Gangguan nyeri pada organ lambung dan usus
yang disebabkan dan berhubungan dengan asam lambung. Asam lambung sendiri
merupakan senyawa / zat yang dikeluarkan lambung yang berfungsi membantu
lambung mencerna makanan.
Produksi asam lambung
yang berlebihan dapat mengiritasi dinding usus ataupun lambung. Bila iritasi
terjadi di lambung maka disebut ulkus lambung (tukak lambung) sedangkan bila
iritasi terjadi di usus disebut tukak duodenum (ulkus duodenum).
Selain menyerang
lambung dan usus duabelas jari, asam lambung juga bisa menyebabkan iritasi
esophagus bila naik dari lambung ke esophagus. Penyakit naiknya kembali asam
lambung dan makanan ke esophagus disebut GERD yang memiliki kepanjangan
Gastrointesinal Esofagus Refluks Diseases.
Salah satu obat tukak adalah ranitidine yang memiliki bentuk ranitiidin sirup, tablet, kaplet dan injeksi. dan obat omeprazole.
Jenis jenis obat
tukak.
Terdapat bermacam obat
yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan lambung. Obat pilihan pertama
untuk mengatasi gangguan lambung terutama yang ringan adalah obat antasida.
Obat antasida ini bekerja dengan meneteralkan sifat asam dari asam lambung.
Antasida yang masuk kedalam daftar obat esensial nasioanal (DOEN) adalah yang
memiliki kandungan AlOH MgOH.
Contoh obat antasida
yang kandungannya selain AlMg adalah seperti CaCO3 (Kalsium karbonat).
Kemudian ada yang
termasuk golongan H2 blocker, contoh obatnya adalah obat ranitidine yang kali
ini menjadi bahasan artikel ini yang merupakan obat pilihan untuk gangguan
lambung bekerja dengan menekan sekresi asam lambung. Obat ini menjadi pilihan
untuk ganguan tukak ringan hingga menengah. Menjadi obat pilihan kedua ketika obat
antasida saja belum dapat mengatasi gangguan lambung.
Obat golongan PPI atau
kepanjangannya Proton Pump Inhibitor bekerja menekan sekresi asam lambung yang
lebih kuat daripada obat H2 bloker. Bekerja dengan cara mengikat reseptor pompa
proton secara irreversible. Dengan ikatan irreversible maka obat tidak bisa
lepas dari reseptornya, obat dapat hilang efeknya ketika reseptor mengalami
eliminasi digantikan oleh reseptor yang baru.
Obat lainnya adalah
obat yang melapisi lambung. Contoh obat yang bekerja dengan melapisi lambung
adalah sukralfat. Obat ini melindungi mukosa lambung agar tidak teriritasi oleh
asam lambung atau senyawa lain yang mengiritasi lambung seperti makanan, minuman
atau obat obatan.
Obat selanjutnya
adalah analog prostaglandin, bekerja dengan menekan sekresi dan meningkatkan
perlindungan mukosa lambung. Dapat digunakan untuk mencegah tukak karena obat.
Obat yang dapat menggangu pencernaan seperti golongan NSAID (Non Steroid Anti
Inflamasi Diseases). Cocok digunakan untuk pasien yang tidak bisa lepas dari
obat NSAID tetapi memiliki gangguan lambung.
Dari beberapa macam
obat asam lambung yang telah sedikit dijelaskan diatas kali ini kita akan
membahas mengenai obat asam lambung golongan Antagonis H2 dan Golongan PPI
(proton Pump Inhibitor). Karena ada teman di fb
yang mempertanyakan perbandingan kedua obat tersebut yakni ranitidin vs
omeprazole termasuk dalam golongan yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya dan lebih mendalam mengetahui perbedaan kedua obat marilah
kita simak penjelasan berikut ini.
Mekanisme Aksi Ranitidin vs Omeprazole
Ranitidin
Mekanisme Aksi
ranitidine dengan Menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2
sel-sel parietal lambung, yang menghambat sekresi asam lambung; volume lambung
dan konsentrasi ion hidrogen berkurang.
Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor intrinsik yang distimulasi
oleh penta-gastrin, atau serum gastrin.
(Depkes)
Obat ranitidine
bekerja secara kompetitif dengan histamine pada reseptor H2 yang terletak di
sel parietal lambung. Pengikatan reseptor H2 menghasilkan penghambatan sekresi
asam lambung, menurunkan volume lambung serta menurunkan konsentrasi ion
hidrogen. Ikatan reseptor dengan obat ranitidine tidak mempengaruhi sekresi
pepsin, factor intrinsic sekresi yang distimulasi pentagastrin, atau serum
gastrin.
Omeprazole
Mekanisme aksi
omeprazole dengan Omeprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan
irreversible. Omeprazol menekan sekresi asam lambung dengan menghambat sistem
enzim Hidrogen-Kalium ATPase pada permukaan sel parietal di lambung
.
Efek penghambatan ini
terkait dengan dosis.
Penghambat pompa proton
dapat meningkatkan risiko infeksi gastrointestinal karena efek penekanan
sekresi asam. Asam lambung dengan efek asamnya dapat membunuh bakteri. Jika
asam lambung ditekan penuh dapat beresiko terjadi infeksi bakteri.
(depkes)
Obat omeprazole
golongan Proton pump inhibitor; menekan stimulasi asam lambung dan menekan
basal lambung dengan menginhibisi pompa proton H+/K+ ATP sel pairetal.
(DIH).
Kedua obat memiliki
mekanisme yang berbeda. Bisa diibaratkan ranitidine bekerja dengan menekan
sekresi asam lambung tetapi tidak keseluruhan, pada tahap ini proses
pembentukan asam lambung tidak hanya pada Histamin. Sehingga penghambatan pada
Histamin H2 tidak hanya menghasilkan penghabatan sekresi asam lambung sebagian.
Omeprazole bekerja
pada pompa proton, pompa proton dalam pembentukan asam lambung terletak di
paling ujung atau hilir. Dengan menekan pompa proton maka penekanan sekresi
asam lambung lebih kuat. Pompa proton di inhibisi sehingga pompa tidak bisa
melepaskan Ion Hidrogen yang merupakan bahan pembentuk HCl (nama kimia dari
asam lambung)
Aturan Pakai Ranitidin vs Omeprazole
Ranitidine
Aturan pakai obat
ranitidine oral (tablet / sirup) untuk tukak secara umum 2 x sehari. Pada
penggunaan dosis yang lebih tinggi dapat digunakan sekali sehari pada malam
hari.
Aturan pakai
ranitidine untuk pencegahan tukak secara oral dikonsumsi 1 kali sehari pada
malam hari.
Pada GERD obat
ranitidin di konsumsi 2 kali sehari.
Terapi eradikasi
Helicobakter pylori sebanyak 2 kali sehari dibutuhkan terapi kombinasi.
Untuk sediaan injensi
ranitidine digunakan frekuensi 3 – 4 kali sehari, atau setiap 6 – 8 jam.
Omeprazole
Aturan pakai obat
omeprazole untuk tukak dikonsumsi sebanyak 1 kali sehari.
Aturan pada eradikasi
Helicobakter pylori pada dual terapi dengan Klaritromisin aturan pakai 1 kali
sehari,
Untuk terapi kombinasi
triple terapi pada eradikasi Helicobakter pylori aturan pakai omeprazole
sebanyak 2 kali sehari.
Pada GERD aturan pakai
omeprazole satu kali sehari.
Dosis Ranitidin vs Omeprazole
Ranitidine
Dosis penyakit Ulkus
lambung (tukak lambung) dewasa : 150mg 2
kali sehari. Untuk dosis pemeliharaan ranitidin 150 mg 1 kali sehari sebelum
tidur malam.
Dosis penyakit tukak
Duodenum dewasa ; 150 mg, 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari setelah makan
malam.
Esofagitis Erosif
membutuhkan dosis ranitidine 150 mg, 4 kali sehari, dosis pemeliharaan 150 mg,
2 kali sehari.
Pengatasan GERD
(Gastrointestinal Esofagus Refluks Diseases), dengan dosis 150mg, 2 kali
sehari.
Dosis untuk Eradikasi
bakteri Helicobakter pylori 150mg, 2 kali sehari bersama terapi kombinasi.
Pencegahan Heartburn
pada anak anak dan dewasa > 12 tahun, menggunakan ranitidine dosis 75 mg,
diminum 30 – 60 menit sebelum mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang dapat
memicu terjadinya heartburn.
Omeprazole
Dosis obat omeprazole
untuk mengatasi tukak Duodenal (duodenum) adalah 20mg, sekali sehari, terapi
dilakukan selama 4 – 8 minggu.
Pengatasan tukak
lambung dengan omeprazole digunakan dosis 40mg, 1 kali sehari. Lama terapi
untuk hasil optimal selama 4 – 8 minggu.
Penyakit GERD
(Gastrointestinal Esofagus Refluks Diseas) digunakan terapi dengan omeprazole
dosis 20 mg, sekali sehari. Penggunaan obat omeprazole hingga waktu 4 minggu.
Dosis omeprazole untuk
mengatasi / Eradikasi Bakteri Helicobakter pylori dengan terapi kombinasi.
Kombinasi 2 terapi (Dual therapy) dengan dosis 40 mg per hari dikombinasikan
dengan antibiotik Clarithromycin selama kurang lebih 14 hari. Dilanjutkan dosis
20mg, sekali sehari selama 14 hari (2 minggu).
Pada terapi kombinasi
triple therapy digunakan omeprazole dosis 20 mg, dua kali sehari (2x sehari)
selama 10 hari bersama obat antibiotik Chlarithromycin 500mg, dan Amoxicillin
1000mg. dilanjutkan dengan terapi dengan dosis 20 mg selama 18 hari.
Dosis untuk pengatasan
penyakit hipersekresi asam lambung dengan dosis awal 60 mg sekali sehari. Dosis
terapi dapat ditingkatkan menjadi 120 mg, terbagi 3 kali sehari.. penggunaan
obat omeprazole di atas 80mg perhari hendaknya diberikan dalam dosis terbagi.
Mengatasi stress ulkus
profilaksis menggunakan obat omeprazole dosis awal 40 mg digunakan per oral
atau nasogastric. Sedangkan untuk dosis penjagaan, 20 – 40 mg digunakan melalui
per oral atau nasogastric, sehari sekali.
Sediaan Ranitidin vs Omeprazole
Ranitidine
Tablet : dosis 75mg
dan 150 mg
Kaplet : dosis 300 mg
Sirup : dosis 75 mg /
5 mL
Kemasan sirup 60mL, 100 mL, 150mL).
Injeksi Ampul : dosis
25 mg / mL
Kemasan ampul isi 2 mL
Omeprazole
Kapsul : dosis 20 mg
Injeksi Ampul : dosis
40 mg
Injeksi Vial : dosis
40 mg
Kontraindikasi dan Efek samping Ranitidin vs Omeprazole
Ranitidine
Kontraindikasi
ranitidine
Pasien yang
hipersensitif terhadap ranitidine dan komponen komponen yang ada dalam
formulasi
Efek samping obat
ranitidine
Efek samping terbatas
dan tidak membahayakan seperti aritmia, vulkulitis, pusing sakit kepala,
halusinasi, bingung, ngantuk, vertigo, eritema multiform, kemerahan, anemia
haemolitic acwuired, agdranulositosis, anemia aplastic, pankreatitis,
leukopenia, granulositopenia, trombositopenia, pansitopenia, gagal hati, anafilaksis,
reaksi hipersensitivitas
omeprazole
Kontraindikasi
Omeprazole
Pasien yang
hipersensitif terhadap obat Omeprazole
Efek samping obat
omeprazole
Efek samping yang
sering kali muncul adalah sakit kepala, diare dan kemerahan pada kulit. Efek samping
lainya berupa pusing, sembelit, muntah, mual, diare, nyeri pada perut /
abdominal, mulut kering, gatal.
Farmakologi
Obat Ranitidin vs Omeprazole
Ranitidine
Absorpsi sediaan
ranitidine oral sebesar 50% dari dosis obat. Dengan volume distribusi pada
pasien dengan fungsi ginjal normal 1,7 L/kg, untuk pasien dengan klirens
kreatinin (ClCr) 25 – 35 ml/menit memiliki volume distribusi 76L/kg.
Kemampuan Penetrasi
Obat dapat untuk masuk ke sawar darah otak minimal. Akan tetapi Obat ranitidine
mampu masuk kedalam ASI.
Sekitar 15 % dari obat
terikat dengan protein.
Metabolisme ranitidin
terjadi di Hati menjadi metabolinya seperti metabolit N-oksida, S-oksida dan
N-desmetil. Bioavailabilitas obat ranitidin penggunaan sediaan oral sekitar
48%.
Waktu paruh eliminasi
sediaan oral (waktu untuk obat tereliminasi separuh atau 50%) pada pasien
dengan ginjal normal adalah 2,5 – 3jam. Untuk pasien dengan gangguan ginjal
klirens kreatinin 25 – 35 ml/menit maka waktu paruh menjadi lebih lama sekitar
4 – 8 jam.
Waktu paruh eliminasi
ranitidine sediaan injeksi IV pada pasien dengan fungsi ginjal normal sekitar 2
– 2,5 jam.
Obat ranitidine oral
mencapai kadar puncak atau paling tinggi saat mencapai waktu 2 – 3 jam setelah
penggunaan obat. Untuk sediaan injeksi Intramuskural (IM) kadar puncah
ranitidine dicapai dalam waktu 15 menit setelah penyuntikan.
Ranitidine
dieksresikan dari dalam tubuh melalui urin dan feses. Pada eksresi melalui urin
untuk obat ranitidine secara oral sekitar 30% obat tereliminasi melalui urin.
Sedangkan ranitidine injeksi sekitar 70% obat dieksresikan melalui urin. Obat
yang dieksresikan melalui urin memiliki bentuk yang utuh, dalam artian obat
yang diekresikan masih obat utuh ranitidine.
Berbeda dengan eksresi
melalui urin yang obat ranitidine masih dalam struktur utuh. Ekresi obat
ranitidine pada feses dalam bentuk metabolitnya.
Obat ranitidine untuk
penggunaan pada kehamilan termasuk dalam kategori B. obat ini masuk kedalam
plasenta, efek teratogenik pada fetus / janin belum dilaporkan. Penggunaan obat
ranitidine pada ibu hamil perlu hati hati.
Obat ranitidine untuk
ibu menyusui, obat ranitidin masuk atau terdistribusi kedalam ASI (Air Susu
Ibu). Penggunaan obat ranitidine ini pada ibu menyusui harus dengan hati hati,
pertimbangkan antara manfaat dan resiko baik bagi ibu yang menyusui maupun bayi
yang meminum ASI
Omeprazole
Obat omeprazole adalah
obat yang tidak tahan terhadap asam lambung sehingga untuk mencegah kerusakan /
dekomposisi obat omeprazole dibentuk dalam granul salut enteric dengan
pelepasan dosis obat yang tertunda atau biasa disebut delay release). Bila
bentuk sediaan omeprazole cair maka dapat digunakan suspensi oral dengan
kandungan sodium bikabonat (natrium bikarbonat).
Absorpsi omeprazole
pada pemberian oral cukup cepat. Konsentrasi plasma puncak omeprazole terjadi
pada 30 menit sampai 3,5 jam setelah penggunaan oral / diminum
Bioavailabilitas obat
omeprazole 30% - 40. Sekitar 95% obat terikat pada protein plasma.
Metabolisme obat di
hati. Dieksresikan melalui feses sekitar 18 – 23%, dan ginjal sekitar (70 –
77%).
Waktu paruh eliminasi omeprazole
atau bisa juga disebut sebagai waktu dimana 50% obat omeprazole dieliminasi pada
dewasa sekitar 30 menit – 1 jam., pada pasien dengan penyakit hati kronis waktu
paruh omeprazole selama 3 jam, sedangkan pada lansia / geriatric selama 1 jam.
Obat omeprazole untuk
ibu hamil termasuk dalam kategori C. belum diketahui berbahaya. Berdasarkan
data yang ada pada penggunaan manusia lebih tepatnya pada ibu hamil menunjukkan
resiko yang rendah. Akantetapi sebaiknya hindari penggunaan obat omeprazole
pada ibu hamil terutama pada trimester pertama.
Obat omeprazole untuk
ibu menyusui, obat ini masuk kedalam ASI (Air Susu IBu), akan tetapi tidak
diketahui bahaya obat ini pada ibu menusui dan bayi. Data penelitian pada
manusia masih terbatas, tetapi arahnya menuju kearah kemungkinan terjadi efek
toksik. Obat omeprazole penggunaan pada ibu menyusui sebaiknya dihindari.
untuk lebih memahami perbedaan obat ranitidin vs omeprazole, simak video farmakologi obat berikut ini