Ranitidine adalah obat
yang termasuk golongan H2 antagonis. Obat ini bekerja secara kompetitif pada
reseptor H2 yang berada di sel parietal lambung. Pengikatan obat dengan
reseptor H2 menghasilkan penekanan sekresi asam lambung. Ranitidine dosis umum
pada dewasa adalah 150mg setiap kali minumnya.
Sirup sendiri menurut
KBBI adalah 1air gula agak kental,
terkadang diberi esens dan diwarnai; setrup; 2obat berbentuk
cairan berasa manis. Pengertian nomor dua lebih mendekati karena bab
kali ini kita akan membahas sirup obat ranitidine.
Sirup obat (karena kali ini kita membahas ranitidine
sirup) juga dapat diartikan sebagai sediaan cair yang memiliki kandungan
sakarosa. Kandungan sakarosa tidak kurang dari sekitar 64% dan kadar sukrosa
tidak melebih 66,9 % kecuali dinyatakan lain.
Sirup adalah sediaan obat yang cukup digemari oleh
anak anak. Memiliki rasa yang manis untuk menutupi rasa pahit dari obat. Selain
rasa manis sirup obat memiliki banyak varian rasa seperti sirup rasa buah.
Bentuknya yang berupa cairan juga memudahkan untuk
anak anak menggunakan obat bentuk sirup ini. Dosis untuk anak yang biasanya
lebih kecil dari pada dewasa menjadi mudah digunakan dibandingkan harus membagi
bagi atau memotong tablet yang umunya dosis sediaanya untuk dewasa.
Misalkan dosis anak diberikan ¼ tablet atau lainya,
maka pembagian / memotong tablet menjadi 4 bagian bukan perkara yang mudah.
Sedangkan dosis tiap sendok obat sirup secara umum relative lebih kecil
sehingga cocok untuk anak anak.
Untuk penggunaan anak, selain bentuk sediaan obat
sirup, juga ada bentuk sediaan cair lainya dengan konsentrasi / dosis per ml
obat lebih tinggi. Biasa disebut sebagai sediaan drop.. sediaan drop ini biasa
digunakan pada bayi yang belum bisa menggunakan obat dengan sendok. Penggunaan
obat drop ini dengan pipet tetes, obat diteteskan beberapa mL sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan kedalam mulut bayi. Kita bisa melihat video cara memakai sediaan obat di youtube
Ranitidin sirup atau sirup obat lainnya dapat
digunakan untuk pasien dewasa. Karena sebagian pasien dewasa ada yang tidak
bisa meminum atau menelan sediaan bentuk padat seperti tablet, kaplet, pil,
kapsul. Pasien seperti ini yang ingin menggunakan obat secara mandiri dapat
memilih obat bentuk sediaan sirup.
Akan tetapi untuk penggunaan pada pasien dewasa, maka
jumlah sendok yang harus digunakan tentu lebih banyak. Sehingga sediaan sirup
bervolume 60mL dalam sehari minum bisa saja langsung habis.
Tidak semua obat dapat dibentuk menjadi bentuk sediaan
sirup. Ada beberapa obat yang tidak bisa dibentuk sediaan sirup. Salah satu
factor obat tidak bisa dibuat sirup adalah karena kestabilan obat tersebut
dalam air. Bahan obat yang tidak stabil terhadap air tidak dapat dibentuk
sediaan sirup, apalagi obat bentuk sirup ini akan lama berinteraksi dengan air,
bisa jadi bila dipaksakan untuk dibuat obat akan cepat mengalami rusak atau
penguraian. Untuk obat maag ranitidine bentuk sediaan ranitidin sirup
sudah ada. Dan dipasaran Indonesia pun telah tersedia.
Bentuk Sediaan Rantidine sirup
Ranitidin sirup adalah salah satu bentuk sediaan
ranitidine untuk penggunaan melalui jalur per-oral atau diminum dan melalui
pencernaan. Selain bentuk sirup,obat ranitidine dipasaran Indonesia yang penggunaanya
secara per-oral adalah tablet dan kaplet.
Peroral sendiri dapat diartikan sebagai obat yang
diminum atau penyerapannya melalui saluran pencernaan.
Sediaaan obat ranitidine sirup tersedia dalam dosis
75mg ranitidine setiap 5 ml sirup ranitidin (75mg/ 5mL sirup). Sehingga ketika
kita membutuhkan dosis 75mg dalam sekali minum maka kita cukup minum sirup
ranitidine sebanyak 5 mL. sedangkan pasien yang membutuhkan dosis 150mg setiap
pemakaian membutuhkan 10 mL ranitidine sirup. Begitu seterusnya untuk dosis
300mg perlu 20mL sirup ranitidin.
Satuan penggunaan sediaan sirup di pasaran biasanya
dalam mL untuk sediaan sirup yang tersedia gelas takarnya. Biasanya gelas takar
berada ditutup botol sirup.
Satuan penggunaan lain sediaan sirup yang umum
digunakan adalah sendok. Ada yang menuliskan sendok takar, ada yang menyebutkan
sendok teh, ada juga yang menggunakan sendok makan.
Sendok teh dan sendok takar sejatinya memiliki ukuran
yang sama yaitu 5mL. telah menjadi kesepakatan bersama bahwa sendok takar dan
sendok teh memiliki takaran 5 mL.
Sehingga sendok teh yang dimaksud bukan sendok teh
untuk membuat minuman, karena sendok teh di dunia ini jenisnya macam macam,
tetapi sudah disepakati bawa sendok teh adalah takaran 5mL.
Begitu pula dengan sendok takar yang biasanya terdapat
didalam kemasan sirup, telah disepakati sebagai ukuran 5 mL. Meskipun ukuran
sendok takar pun berbeda beda, tetapi setiap 5mL akan diberi tanda pada
permukaan sendok. Sehingga dapat mengukur jumlah sirup yang berada disendok
untuk mencapai 5mL.
Misalkan sebuah ranitidine sirup memiliki dosis aturan
pakai 2 kali sehari 2 sendok takar / teh, maka setiap kali minumnya dibutuhkan
10 mL sirup, dalam sehari minum sebanyak 2 kali.
Aturan diatas dapat di artikan pula bahwa dosis sekali
minum sirup ranitidine sekitar 150 mg / minumnya dan diminum sehari sebanyak 2
kali. Aturan pakai 2 kali sehari obat ranitidin biasanya diminum pagi dan malam
hari.
Penyakit yang berhubungan dengan asam lambung ini
dapat menyerang dari anak anak, dewasa hingga manula (tua) bahkan bayi. Obat
ranitidine sendiri adalah obat untuk tukak yang bekerja dengan cara menekan
sekresi asam lambung ke dalam lambung. Pada anak anak yang menderita gangguan
lambung dan memerlukan terapi rantidine, bentuk ranitidine sirup adalah sediaan
yang sangat digemari. Rasanya yang manis serta penggunaan yang mudah juga
sangat membantu bagi orang tua.
Untuk lebih memahami tentang Penyerapapan Ranitidin Sirup didalam tubuh, marilah kita lihat video tentang penyerapan obat oral dibawah ini
Pembuat Sirup Obat
Dalam pembuatan sirup,
selain obat dan air juga dibutuhkan sirup. Ada pertanyaan yang menyebutkan
bahwa air adalah media yang baik pertumbuhan bakteri dan jamur, bagaimana
keawetan obat jenis sirup ini. Sediaan sirup merupakan seciaan cair yang berupa
larutan yang mengandung sukrosa dengan kadar tidak kuruang 64%. Dengan kadar
sukrosa sebesar 64% dapat menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri, sekedar
mencegah pertumbuhan bukan membunuhya.
Apabila kadar gula /
sukrosa menurun seperti karena inversi dapat membuat sirup ditumbuhi jamur.
Pada sirup yang diencerkan dengan air juga dapat di tumbuhi jamur karen kadar
sukrosa menjadi dibawah 64%. Salah satu pengatasannya adalah dengan menambahkan
nipagin agar jamur tidak bisa tumbuh di larutan sirup obat. Nipagin sebagai
pengawet mencegah sirup menjadi busuk.
Bila tidak dinyatakan
lain maka pembuatan sirup secara umum dengan cara memanaskan cairan sirup
kemudian tambahkan gula, larukan gula bila perlu dengan mendidihkanya.
Tambahkan air secukupnya sampai bobot sirup yang dikehendaki tercapai. Bila
terjadi busa buang dengan menyerkai.
Hal hal yang pada
sediaan larutan perlu diperhatikan dengan baik :
a.
Kelarutan
zat aktif (misalnya obat ranitidine)
b.
Stabilitas
zat aktif dalam larutan
c.
Dosis
takaran obat
d.
Penyimpanan
obat larutan
(FI III)
Zat tambahan yang
biasa ditambahkan pada pembuatan sediaan Obat Sirup :
-Anticaplocking agen
Berfungsi Untuk
mencegah kristalisasi gula di botol. Contoh agen ini adalah sorbitol, gliserol
atau propilenglikol.
-Perasa (flavoring
agent)
Berguna untuk menutupi
rasa tidak anak agar obat dapat diterima oleh pasien terutama anak anak.
Penggunaan flavoring agent juga didasarkan pada target usia pasien, untuk anak
anak biasanya menyukai rasa buah buahan atau manis, sedangkan dewasa lebih suka
sirup dengan rasa asam.
-Zat Pewarna
Pewarna obat sirup ini
ditambahkan untuk menutupi tampilan sirup yang tidak menarik sehingga
meningkatkan penerimaan pasien terhadap sirup obat. Pemilihan zat pewarna juga
perlu mempertimbangkan zat perasa yang ditambahkan, misalnya zat perasa adalah
buah strawberry maka zat pewarna yang dipilih adalah warna merah.
Sifat zat pewarna yang
dapat digunakan.dalam pembuatan sediaan sirup obat adalah non toksi (tidak
beracun), tidak mengiritasi, dapat bercampur dengan zat aktif (ranitidine dalam
ranitidin sirup) dan zat tambahan lainnya.
Selain itu zat pewarna
tambahan juga perlu memperhatikan kelarutan, stabilitas, ketercampuran dengan
zat aktif dan zat tambahan lain serta konsentrasi pewarna dalam sediaan sirup.
-Pengawet
Digunakan untuk mencegah pertumbuah mikroba. Syarat zat tambahan sebagai
pengawet adalah tentunya tidak toksik (tidak beracun), tidak berbau, stabil
serta dapat bercampur dengan zat zat lain (zat aktif dan zat tambahan lainnya)
dan mampu melawan mikroba dengan spectrum luas.
Kriteria dari zat pengawet yang baik harus efektif melawan
mikroorgansime spectrum luas. Memiliki stabilitas selama dalam sediaan baik
secara fisika, kimia dan secara mikrobiologi. Selain itu dapat menyatu dalam
sediaan sediaan sirup dengan baik tanpa menghasilkan efek yang merugikan.
-Antioksidan
Senyawa antioksidan sebagai zat tambahan yang baik adalah tidak toksik,
tidak mengiritasi, efektif dengan konsentrasi yang rendah, stabil dan larut
dalam zat pelarut.
Beberapa antioksidan yang biasa digunakan adalah asam askorbat, asam
sitrat, Na-metabisulfit, Na sulfite.
-Pemanis
Pemanis yang biasa digunakan pada bentuk sediaan obat sirup adalah
Sukrosa, sorbitol, manitol, xytol, garam Sakarin Na dan Ca, Aspartam,
dan Thaumatin.
-Dapar
Merupakan zat untuk menjaga Stabilitas pH. Dapar yang baik memiliki
sifat campur dengan zat dalam larutan obat, inert (tidak bereaksi), non toksik
(tidak beracun).
Senyawa dengan sifat asam kuat atau basa kuat adalah larutan yang
mempunyai kapasitas dapar. Kebanyakan dapar Kebanyakan dapar terdiri
dari campuran asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Larutan
dapar seharusnya disiapkan segar. Harus disimpan pada wadah gelas bebas alkali
dan tidak lebih dari tiga bulan setelah tanggal pembuatan
Buffer atau dapar adalah suatu material, yang ketika
dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa ini mampu mempertahankan pH ketika
suatu asam atau basa ditambahkan. Pemilihan buffer yang cocok tergantung dari
pH dan kapasitas buffer yang diinginkan. Buffer ini harus dapat tercampurkan
dengan senyawa lain dan mempunyai toksisitas yang rendah. Buffer yang sering
digunakan adalah : karbonat, sitrat, glukonat, laktat, fosfat / tartrat
Keuntungan Bentuk
sediaan sirup diantaranya adalah :
-Cocok untuk penderita
yang kesulitan menelan, karena lebih mudah ditelah sehingga cocok untuk bayi
dan anak anak serta lanjut usia.
-Dosis takaran dapat
disesuaikan
-Kerja awal obat (efek
obat mulai dirasakan) lebih cepat karena obat lebih cepat diabsorpsi. Segera
diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak melewati tahap tahap
disintegrasi dan pelarutan terlebih dahulu).
-Mudah diberi pemanis
(perasa), pewangi (bau bauan), dan pewarna sehingga obat bentuk ini sangat
cocok digunakan untuk pemberian obat pada anak anak
-Dapat diberikan dalam
bentuk larutan encer.
-Resiko iritasi
lambung dapat berkurang karena larutan akan cepat mengalami pengenceran oleh
isi lambung. (zat zat yang biasa mengeriitasi lambung seperti aspirin, KCl).
Sedangkan Beberapa
kerugian / kelemahan sediaan larutan sirup adalah :
-Tidak praktis, karena
botol bisanya ukurannya cukup memakan tempat.
-Dari bentuk sediaan
tablet, bentuk sediaan larutan sirup ini relative lebih mahal.
-Ada beberapa obat
yang tidak stabil dalam larutan sehingga tidak bisa dibuat dalam sediaan sirup.
-Ada juga bahan obat
yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan sehingga rasanya tidak
menjadi lebih enak dalam bentuk sediaan sirup ini.
kecepatan Absorpsi Sirup
Salah satu keunggulan
obat ranitidin sirup dibandingkan ranitidin tablet adalah kecepatan menimbulkan
efek. Kecepatan dalam menimbulkan efek disini berhubungan erat dengan
penyerapan obat kedalam peredaran darah.
Kecepatan obat bentuk
sirup dalam hal penyerapan atau absorpsi dibandingkan sediaan tablet karena
bentuknya yang cairan. Dengan bentuk obat yang cairan, maka zat aktif obat
ranitidine terlarut dalam cairan tersebut. Sehinga di dalam pencernaan obat
tidak perlu dihancurkan terlebih dahulu sebelum diserap oleh organ pencernaan.
Obat sirup begitu
masuk lambung langsung sudah siap untuk diserap tubuh untuk kemudian
selanjutnya menuju peredaran darah dan kemudian dihantarkan darah ke tempat
aksinya.
Untuk sediaan
ranitidine tablet, harus melalui pencernaan oleh organ pencernaan baru kemudian
dapat diserap oleh tubuh. Tablet yang memiliki bentuk padat harus di pecah
dahulu menjadi bentu kecil kecil berupa granul, dari granul kemudian di pecah
menjadi lebih kecil lagi baru kemudian dapat diserap tubuh. Obat yang telah
diserap tubuh kemudian menuju ke peredarah darah untuk disalurkan ke tempat
aksinya.
Jadi selain bentuknya
yang dapat dikreasi seperti rasa dan warna dari obat sirup, obat sirup juga
memiliki onset (waktu menimbulkan efek) yang lebih cepat daripada sediaan
tablet ataupun kaplet.
Ranitidine injeksi
memiliki onset atau waktu timbulnya efek terapi sejak obat digunakan yang lebih
cepat dari pada ranitidin sirup. Sehingga sediaan injeksi adalah sediaan yang
memiliki onset yang paling cepat diantara sediaan ranitidine lainnya.
Kekurangan dari
sediaan injeksi adalah tidak semua orang dapat menggunakan, harus dengan
keahlian khusus. Berbeda dengan bentuk sediaan sirup yang setiap orang dapat
menggunakannya secara mandiri.
Sediaan injeksi cocok
untuk pasien darurat yang membutuhkan efek obat yang segera biasanya di tempat
pelayanan kesehatan. Untuk pemakaian sendiri dirumah sediaan oral adalah
pilihan yang banyak digunakan.