Obat ranitidine
merupakan obat yang bekerja sebagai penekan sekresi asam lambung. Mekanisme
kerja obat ranitidine dengan menekan sekresi asam lambung ke dalam lambung
dengan mengikat reseptor H2. Dari mekanisme kerjanya kita dapat mengetahui
kira-kira obat ranitidine untuk apa.
Ranitidine bekerja
pada pelepasan asam lambung, sehingga dapat disimpulkan sebagai obat untuk
menanggulangi penyakit penyakit yang berhubungan dengan asam lambung. Penyakit
yang berhubungan dengan asam lambung erat kaitannya dengan gangguan organ
pencernaan yaitu lambung / gastrik.
DiIndonesia tersedia
obat ranitidine dalam beberapa bentuk diantaranya ranitidin injeksi, ranitidine
tablet, ranitidine sirup. Kondisi pasien mempengaruhi bentuk sediaan ranitidine
apa yang akan digunakan oleh pasien. Bila efek cepat adalah target utama, maka
ranitidin injeksi adalah pilihannya. Banyak digunakan di rumah sakit atau
tempat pelayanan kesehatan lain, karena pasien tidak bisa menggunakan sendiri
sediaan bentuk injeksi ini.
Pada pasien umum dan
digunakan sendiri, maka tablet dapat digunakan secara mandiri. Sedangkan pasien
yang kesulitan minum tablet, dapat mengkonsumsi ranitidine sirup. Kedua sediaan
ini dapat digunakan secara mandiri dirumah pasien seorang diri.
obat ranitidin untuk penyakit apa
Saat kita
menghubungkan ganguan asam lambung dengan gangguan pada organ pencernaan yaitu
lambung maka akan terdapat beberapa penyakit yang kita ketahui. Ulkus Lambung
merupakan ulkus yang terjadi di dinding lambung. Ulkus sendiri dapat
digambarkan sebagai luka atau borok yang terjadi di dinding lambung. Paparan
asam lambung yang berkelanjutan dan berlangsung dalam waktu lama pada dinding
lambung membuat dinding lambung terluka.
Selain ulkus,
hipersekresi asam lambung adalah gangguan asam lambung yang terjadi di organ
pencernaan lambung. Terjadi gangguan patologis tubuh yang membuat pelepasan
atau sekresi asam lambung ke dalam lambung menjadi berlebihan.
.
Asam lambung yang
merupakan senyawa yang dikeluarkan oleh lambung (sel parietal) untuk membantu
proses pencernaan bahan makanan, secara alami dibutuhkan dan disekresikan oleh
tubuh. Sifatnya yang asam dapat membantu lambung mencerna makanan pada proses
pencernaan.
Makanan untuk diserap
gizinya oleh tubuh, perlu dihancurkan / dicerna terlebih dahulu baru kemudian
diserap sari sari dari makanan tersebut. Makanan yang masih bentuk utuh tidak
bisa diserap gizinya oleh tubuh. Disinilah peran proses pencernaan untuk
menjadikan makanan yang kita makan menjadi siap untuk diserap kandungan gizi
dan zat lainya.
Asam lambung memiliki
struktur kimia HCl atau nama kimianya asam klorida. Asam lambung atau HCl
terbentuk dari penggabungan Ion Hidrogen (H+) dan Ion Klorida (Cl-).
Sel parietal lambung memiliki peran penting dalam pembentukan asam lambung ini.
xxObat ranitidine
untuk apa selain gangguan pada lambung, yaitu gangguan esophagus. Esophagus
adalah salah satu rangkaian organ pencernaan yang letaknya di atas lambung.
Pada alur organ
pencernaan diawali dengan mulut yaitu proses pengunyahan makanan oleh mulut
atau gigi. Di organ mulut ini selain terjadi proses pengunyahan juga terdapat
enzim yang membantu memecah karbohidrat menjadi gula. Enzim ini penting karena
bentuk karbohidrat yang besar tidak bisa diserap oleh tubuh, sedangkan gula
yang lebih sederhana bisa diserap oleh tubuh.
Setelah melalui
pengunyahan di mulut, makanan akan menuju kerongkongan, kemudian esophagus
untuk kemudian menuju ke lambung untuk mengalami proses pencernaan lanjutan.
Diesofagus yang
letaknya diatas lambung terdapat penutup atau klem yang memisahkan lambung
dengan esophagus. Pentutup ini akan terbuka ketika makanan masuk ke lambung dan
kemudian tertutup kembali setelahnya.
Gangguan asam lambung
yang letaknya tidak di organ lambung yaitu di esophagus ini. Ketika asam
lambung atau makanan dapat naik ke esophagus maka akan terasa panas di daerah
perut. Rasa panas ini biasa disebut dengan penyakit GERD (Gastrointestinal
Esofagus Refluks Diseases). Yaitu naiknya kembali makanan atau asam lambung
dari lambung naik ke esophagus. Penyakit GERD ini dapat diobati dengan obat
ranitidine.
Ada banyak factor yang
membuat terjadinya GERD, salah satunya karena makan secara berlebihan, dan
tidur setelah makan. Makan yang baik lambung dibagi menjadi 3 yaitu 1/3
makanan, 1/3 air, dan 1/3 gas.
Khasiat Ranitidin
Pada kasus ulkus
yang menengah hingga cenderung parah, kadang digunakan beberapa obat seperti antasida
dengan ranitidine. Pada terapi ini sudah ada antasida, kemudian obat ranitidine
untuk Apa. Pertanyaan lain mungkin
dikemukakan karena dua obat lambung digunakan bersamaan.
Meskipun ranitidine
dan antasida sama sama sebagai obat untuk lambung yang menargetkan asam
lambung. Kedua obat tersebut memiliki mekanisme yang berbeda. Antasida bekerja
pada asam lambung dengan cara menetralkan sifat asam lambung tersebut. Secara
umum antasida adalah obat yang bersifat basa, ketika bertemu dengan asam
lambung yang bersifat asam dapat terjadi penetralan sifat asamnya.
Sedangkan obat
ranitidine bekerja dengan cara menekan sekresi asam lambung atau menekan
pembentukan asam lambung. Obat ini akan mengikat reseptor H2 di sel parietal
lambung, sehingga mencegah pelepasan Ion Hidrogen ke dalam lambung. Reseptor H2
merupakan salah satu jalur pelepasan ion hidrogen ke lambung, sehingga
berkurangnya ion H+ yang terlepas di lambung membuat pembentukan
asam lambung (HCl) menjadi berkurang.
ranitidine obat apa lagi ya
Penyakit ulkus yang
parah yang disertai dengan infeksi bakteri Helicobakter pylori diberikan
antibiotik untuk eradikasi infeksi. Selain antibiotika, pada penyakit ini
biasanya juga dikombinasikan dengan obat seperti antasida, ranitidine dan/atau
obat golongan PPI (penghambat pompa proton), penggunaan Obat
Ranitidine untuk Apa, Obat antasida
dan obat PPI (proton pump inhibitor) fungsinya sama.
Meskipun fungsinya
sama sama untuk gangguan lambung, ketiga obat tersebut memiliki mekanisme aksi
yang berbeda. Reseptor atau bagian yang diserang dari ketiga obat ini juga
berbeda beda.
Obat antasida bekerja
lokal di lambung, maksudnya obat ini tidak diserap tubuh (absorpsi), bekerja
menetralkan asam lambung di dalam lambung. Sedangkan ranitidine dan PPI sama
sama bekerja menekan sekresi asam lambung. Ranitidine di reseptor Histamin H2
sedangkan PPI di reseptor Pompa Proton.
Adanya bakteri di
ulkus dapat memicu ulkus / luka / borok atau memperparah ulkus. Bakteri
Helicobakter pylori ini termasuk bakteri anaerob, maksudnya mampu bertahan
hidup di tempat tanpa adanya udara. Salah satu cara mengetahui adanya infeksi
bakteri H pylori dengan mengambil semple mukosa lambung untuk kemudian di
lakukan cek laboratorium.
Ulkus yang telah
terinfeksi bakteir H pylori memiliki tingkat keparahan yang lebih. Penggunaan
anti tukak biasa belum cukup mengatasi gangguan lambung penderita penyakit ini.
Diperlukan terapi yang tepat dan tuntas sehingga bekteri benar benar telah
berhasil dimusnahkan. Terapi yang kurang tuntas dapat mengakibatkan timbulnya
kekambuhan. Bahkan bisa saja bakteri menjadi kebal terhadap pengobatan yang
telah di berikan sebelumnya.
Penggunaan Terapi
Kombinasi baik Antibiotik, Anti tukak secara bersamaan dengan dosis dan waktu
pemberian yang sudah di hitung sebelumnya diperlukan untuk mengatasi tukak
lambung yang sudah di perparah oleh bakteri H pylori ini.
hasiat ranitidin lainnya
Obat ranitidine untuk
apa, padahal pengguna obat ini tidak memiliki penyakit lambung. Ada sebagian
orang yang diresepkan obat ranitidine padahal beliaunya tidak merasa memiliki /
sedang mengalami gangguan lambung. Setelah di perhatikan dan dianalisis
ternyata bapak ini meminum obat untuk mengatasi nyeri yang dialami.
Sebagian obat nyeri
(analgesic) tidak bersahabat dengan lambung. Obat anaglesik parasetamol adalah
obat analgesic yang cukup bersahabat dengan lambung, artinya obat ini tidak
mengiritasi lambung.
Akan tetapi kemampuan
pereda nyeri obat parasetamol tidak cukup pada kasus kasus nyeri tingkat
mengengah atau parah. Ada Obat yang memiliki kemampuan meredakan nyeri lebih
kuat seperti obat golongan NSAID (Non Steroid AntiInflamasi Disease) tetapi
memiliki tingkat keramahan terhadap lambung yang kurang baik.
Obat golongan ini
dapat mengiritas lambung. Salah satu alternative penggunaan adalah diminum
setelah makan, sehingga lambung sudah terlapisi oleh makanan. Akan tetapi pada
tingkat keparahan gangguan lambung yang lebih parah, penggunaan setelah makan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rasa perih pada lambung yang
timbul (iritasi).
Pasien dengan kondisi
seperti diatas sebaiknya menghindari penggunaan obat yang memiliki efek
mengiritasi lambung. Pilih obat obat yang cukup bersahabat dengan kondisi
lambungnya atau gunakan obat melalui parenteral seperti injeksi intravena atau
lainnya.
Bila mana obat
analgesic pengiritasi lambung adalah obat pilihan terbaik, maka penggunaan obat
analgesic ini dapat dapat diberengi dengan obat antitukak seperti ranitidine.
Penggunaan obat anti tukak ini bertujuan untuk mengurangi efek negative obat
analgesic yang mengganggu lambung.
Obat ranitidine untuk
apa, padahal tidak sedang sakit lambung. Pasien sedang tidak sakit lambung
tetapi diberikan obat anti tukak golongan histamine H2 blocker. Penggunaan obat
ranitidine lainya adalah sebagai pencegahan. Pada pasien yang memiliki riwayat
atau resiko heartburn, rasa terbakar di daerah perut. Ketika akan mengkonsumsi
vitamin, makanan, minuman ataupun obat yang beresiko membangkitkan rasa
heartburn (rasa terbakar) sebaiknya di minumi obat ranitidine (golongan H2
blokcer) untuk menghindari terjadinya heartburn yang cukup mengganggu.
Dari awal tadi kita
telah membahas tentang fungsi obat ranitidine, mulai sebagai obat tukak lambung
maupun duodenum (usus), obat GERD, penggunaan Bersama Obat pengiritasi lambung,
dan pencegahan heartburn, Obat Ranitidine untuk apa lagi. Obat ini juga dapat
digunakan pada neonates atau bayi.
Neonates sendiri
adalah bayi yang berumur kurang dari 1 bulan (<1bulan). Neonates / bayi yang
mengalami EMCO (Extracoporeal Membrane Oxygenation) memiliki resiko pendarahan
pada gastrointestinal memerlukan obat ranitidine untuk meningkatkan pH lambung.
Dengan menekan sekresi asam lambung membuat pH lambung menjadi meningkat
sehingga resiko terjadinya pendarahan gastrointestinal menjadi berkurang.
untuk lebih memahami mengenai obat ranitidine untuk apa, simak video berikut ini tentang bagaimana ranitidine bekerja dalam aksinya.
Bentuk Kimia Rantidine
Obat ranitidine atau
biasanya dipasaran dalam bentuk garamnya Ranitidine Hidroklorida (Ranitidin
HCl). Memiliki bentuk serbuk Kristal berwarna putih sampai kuning pucat, yang
tidak berbau.
Kelarutan ranitidine
HCl dalam air mudah larut, sedangkan dalam alkohol agak sukar larut. Pada
lauran ranitidine hidroklorida 1% memiliki pH sekitar 4,5 – 6.
Untuk menjaga obat
ranitidine dalam kondisi yang baik sebaiknya disimpan di dalam wadah yang
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
Nama kimia obat
ranitidin adalah NN-Dimethyl-5-[2-(1-methylamino-2-nitrovinylamino) ethylthiomethyl]furfurylamine.
Untuk rumus kimia ranitidine adalah C13H22N4O3S, sedangkan untuk rumus kimia
ranitidine hidroklorida (ranitidine HCl) adalah C13H22N4O3S,HCl
Pasien yang tidak
boleh menggunakan obat ranitidine atau dikontraindikasikan menggunakan
ranitidine adalah pasien yang telah diketahui hipersensitif terhadap obat atau
komponen komponen yang ada dalam formulasi obat. Hipersensitf dapat diartikan
juga sebagai alergi. Pasien yang mengalami alergi terhadap obat tertentu
hendaknya menghindari obat yang menimbulkan alergi tersebut.
Pada ibu menyusui,
penggunaan obat ranitidine konsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan.
Penggunaan obat ini dengan hati hati karena obat ranitidine HCl dapat masuk
kedalam ASI (Air Susu Ibu). Sehingga beresiko juga terminum oleh bayi peminum ASI.
Untuk Ibu Hamil,
penggunaan obat ranitidine hidroklorida juga perlu konsultasikan dengan
ahlinya. Obat ranitidine ini termasuk dalam obat golongan B menurut keamanan
obat pada ibu hamil. Penggolongan Obat untuk ibu hamil terdiri dari golongan A,
B, C, D, dan X. Obat yang masuk dalam golongan A adalah yang paling aman untuk
ibu hamil diantara obat lain. Obat golongan X sangat tidak boleh untuk ibu
hamil karena sudah terbuktinyata membahayakan janin. Obat yang masuk dalam
golongan C, D dan X biasanya tidak dianjurkan penggunaan pada ibu hamil. Untuk
obat golongan B, dapat digunakan dengan pertimbangan manfaat dan resiko dari
penggunaan obat bagi kesehatan dan keselamatan ibu dan janin.
Obat ranitidin dapat mempengaruhi hasil laboratorium beberapa pengujian
seperti pengujian tes sekresi asam lambung, tes alergi menggunakan ekstrak
allergen pada kulit, tes serum kreatinin dan tes protein urin.
Penggunaan ranitidine dapat dengan atau tanpa makanan. Obat ini
penyerapannya (absorpsinya) tidak dipengaruhi oleh makanan.
Antasida salah satu obat lambung dapat berinteraksi dengan ranitidine
yang mengakibatkan absorpsi obat ranitidine berkurang. Untuk mengatasinya,
minum obat secara berjarak waktu 2 jam, atau berselang makan. Sebagai
gambarannya misalnya ranitidine diminum sebelum makan, antasida diminum 2 jam
setelah makan.
Penggunaan obat ranitidine dengan beberapa obat dapat terjadi interaksi,
obat obat tersebut diantaranya:
Dengan obat antijamur golongan azole (seperti ketoconazole) dapat
menurunkan absorpsi obat antijamur. Pengecualian pada obat miconazole dan
vericonazole tidak terjadi interaksi dengan ranitidine.
Dengan obat atazanavir, ranitidine dapat menurunkan absorpsi atazanavir
pertimbangkan modifikasi terapi.
Dengan obat Cefpodoxime, ranitidin menurunkan absorspi Cefpodoxime.
Pengatasan dengan menjarak minum kedua obat selama 2 jam.
Dengan obat Cefuroxime, dapat menurunkan absorpsi Cefuroxime. Pengatasan
interaksi dengan memisahkan kedua obat oral diminum minimal 2 jam.
Dengan Dasatinib, dapat menurunkan absorpsi obat Dasatinib.
Pertimbangkan modifikasi terapi.
Dengan Erlotinib, Obat ranitidine mungkin menurunkan konsentrasi serum
obat Erlotinib. Hindari penggunaan secara bersamaan (kombinasi).
Dengan Fosamprenavir, interaksi membuat konsentrasi serum Fosamprenavir
menurun.
Dengan Indinavir, interaksi ranitidine menurunkan konsentrasi serum
Indinavir. Lakukan monitoring terapi.
Dengan Garam Besi, terjadi interaksi yang membuat absorpsi garam besi
menurun. Pengecualian, tidak terjadi pada Ferric gluconate, iron dextran
complex.
Dengan Mesalamine, terjadi dismish efek terapi Mesalamine.
Dengan Nelfinavir, obat ranitidine membuat penurunan konsentrasi serum
nelfinavir.
Dengan P-Glikoprotein Inducer, terjadi penurunan konsentrasi serum
P-Glicoprotein subtract.
Dengan P-Glikoprotein Inhibitor, terjadi peningkatan konsentrasi
serum P-Glikoprotein subtract.
Dengan Saquinavir, obat ranitidine berinteraksi membuat konsentrasi
serum Saquinavir meningkat.
Semoga artikel ini bisa memberikan jawaban bagi temen temen fanspage
facebook sekalian