Tablet adalah bentuk obat yang sering
digunakan oleh masyarakat awam karena mudah penggunaanya dan tidak perlu
keahlian khusus.
Tablet dapat diartikan sebagai sediaan obat
berbentuk padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung
rangkap, dengan kandungan zat aktif satu jenis obat atau lebih baik dengan zat
tambahan ataupun tanpa zat tambahan.
Tablet dalam pembahasan kali ini bukan tablet gadget yang biasa digunakan sebagai alat komunikasi seperti telepon, sosial media facebook. Akan tetapi tablet obat.
Ranitidine merupakan obat yang bekerja sebagai
antagonist reseptor histamin H2. Penghambatan ini menghasilkan penekanan sekresi
asam lambung. Manfaat Obat ranitidine ini digunakan untuk mengatasi gangguan
lambung seperti maag, ulkus duodenum.
Sediaan Obat Ranitidin
Ada macam macam bentuk obat ranitidine yang
ada di Indonesia. Bentuk obat ini berbeda dan memiliki kegunaan dan peruntukan
yang berbeda. Perbedaan bentuk ini tidak merubah fungsi utama obat ranitidine
sebagai obat yang menekan sekresi asam lambung.
Perbedaan bentuk obat ini mepengaruhi
penyerapan, dan faktor faktor yang membuatnya terganggu oleh faktor tubuh. Misalnya
seseorang yang tidak bisa menggunakan tablet (kesulitan menelan tabet) dapat
menggunakan bentuk lain seperti sirup atau suntikan.
Pada efek cepat yang menjadi tujuan terapi,
dapat digunakan jenis injeksi (suntikan) yang memiliki onset paling cepat dari
pada penggunaan oral (diminum).
Onset adalah waktu dimana obat memberikan efek
sejak di gunakan. Onset sediaan oral (diminum) ini lebih panjang dari pada
sediaan suntikan (injeksi) karena sediaan tablet / sirup harus melalui
serangkaian proses pencernaan baru kemudian menuju ke pembulu darah yang
selanjutnya diantarkan ke seluruh tubuh atau tempat aksinya. Sehingga efek obat
bentuk oral lebih lama dari bentuk suntikannya (injeksi)
Bila kita bandingkan sesama obat oral dalam
memberikan onset efek terapi antara obat bentuk sirup dibandingkan obat bentuk
tablet, lebih cepat dicapai efek terapi obat pada bentuk sirup dibandingkan
tablet.
Tablet lebih lama karena perlu dipecah dahulu
menjadi tablet bentuk kecil kecil di dalam pencernaan, kemudian tablet bentuk
kecil (granul) ini lama kelamaan melarut kedalam pencernaan baru kemudian
menjadi diserap oleh tubuh masuk ke peredaran darah.
Secara umum bentuk sediaan Obat Ranitidine
terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut ini :
a. Ranitidine bentuk tablet.
Ranitidine bentuk
tablet terdiri dari beberapa dosis diantaranya tablet dosis 75 mg, 150 mg dan
300 mg.
Mayoritas dosis tablet
yang sering digunakan adalah dosis 150 mg. karena dosis lazim yang biasa
digunakan adalah 2 kali sehari sekali minum 150mg.
Sediaan tablet adalah
bentuk sediaan yang paling simple (mudah dibawa kemanan mana tanpa memakan
tempat. Dalam hal keawetan tablet memiliki waktu Kadaluarsa lebih panjang dari
bentuk sediaan lain. Waktu kadaluarsa yang dimaksud adalah tanggal ED
(kadaluarsa) dibandingkan dengan tanggal pembuatan.
Tablet biasanya
dikemas secara tertutup dan terpisah antara tablet satu dengan tablet yang
lain. Sehingga ketika satu tablet digunakan dengan membuka kemasan, maka obat
lain yang belum digunakan tetap dalam kondisi tertutup di dalam kemasanya.
Sedikit berbeda jika
tablet tersebut tersedia dalam kemasan kaleng, ketika kemasan kaleng di buka,
maka semua tablet dalam kemasan telah terbuka. Akan tetapi dengan bentuknya
yang kompak maka sediaan ini cenderung lebih awet kadar obatnya.
Ranitidin tablet dapat
diminum dengan atau tanpa makanan. Makanan tidak mempengaruhi penyerapan obat
ranititine.
b. Ranitidine bentuk Sirup
Sediaan sirup adalah
sediaan lain pada penggunaan oral / diminum. Bentuknya yang cairan disertai
pemanis cocok untuk pasien yang kesulitan menelan obat dan tidak suka rasa
pahit pada obat tablet.
Gula pada sirup selain
sebagai pemberi rasa manis, gula juga bisa berperan untuk sebagai pengawet.
Dengan kadar gula tertentu, dapat menghasilkan reaksi penghambatan pertumbuhan
bakteri.
Air yang merupakan
campuran dalam sirup obat, merupakan media pertumbuhan bakteri yang baik.
Meskipun obat bentuk sirup memeiliki jangka kadaluarsa yang cukup lama, tetapi
lebih lama jangka kadaluarsa obat ranitidine tablet.
Sediaan ranitidine
sirup yang ada di pasaran adalah dengan dosis 75mg/5ml di dalam kemasan botol
60ml, 100ml dan 150ml.
Ranitidin sirup dapat
diminum tanpa makanan atau bersama makanan. Efek terapi ranitidine tetap
optimal meskipun bersama atau tanpa makanan.
c. Ranitidine injeksi
Injeksi adalah bentuk
sediaan yang digunakan tidak melalui pencernaan. Obat bentuk ini disuntikkan ke
dalam tubuh. Sediaan ranitidine injeksi yang sering digunakan melalui injeksi
intravena bolus. Yaitu disuntikkan ke pembuluh dara vena secara langsung sesuai
dosis yang dikehendaki.
Biasa digunakan di
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskemas, klinik. Tidak bisa digunakan
oleh pasien secara langsung yang tidak mengetahi / tidak memiliki pengetahuan
dan keahlian.
Efek yang ditimbulkan
sejak obat disuntikkan lebih cepat dari bentuk sediaan oral. Biasanya digunakan
untuk tujuan agar efek terapi cepat didapat, atau pada pasien yang tidak bisa
menelan obat.
Pembuatan Tablet
Bahan bahan tablet
Pertama yang
dibutuhkan tentunya zat aktif obat yang akan di buat. Dalam hal pembuatan obat
ranitidin tablet maka kita membutuhkan bahan aktif ranitidine.
Bahan lain adalah
bahan pengisi, dibutuhkan agar volume tablet minimal dapat dibentuk sediaan
tablet dicapai. Tablet tidak bisa dibentuk / dicetak jika volumenya zat
aktifnya terlalu kecil, tanpa adanya tambahan zat pengisi.
Bahan pengikat di
gunakan untuk mengikat zat aktif, bersama dengan bahan bahan tambahan pembentuk
obat agar dapat dibentuk tablet.
Bahan Penghancur
ditambahkan untuk membuat tablet dapat hancur ketika berada dalam pencernaan.
Zat pelican juga dibutuhkan
dalam pembuatan tablet, agar tablet tidak lengket dengan alat cetak.
Diatas adalah beberapa
bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan tablet.
Tablet sendiri terdiri
dari dua jenis menurut kerjanya, ada tablet yang bekerja sistemik dan lokal. Untuk
obat ranitidine hanya tersedia tablet sistemik karena bekerja di saluran
pencernaan.
Jenis Tablet
Seperti disebutkan
sebelumnya ada dua jenis tablet, yaitu tablet sistemik dan tablet efek lokal. Tablet
efek lokal hanya bekerja di daerah tertentu bergantung dari tempat
penggunaanya.
Contoh tablet efek
lokal adalah tablet untuk vagina yang biasanya bekerja sebagai antijamur,
hormonal, antibakteri. Selain itu ada tablet lokal berbentuk lozenges,
trochisis dimana obat digunakan seperti permen, untuk efek lokal di mulut dan
tenggorokan sebagai antiinfeksi.
Tablet dengan efek sistemik
tidak terbatas pada tablet yang diminum ke pencernaan. Ada beberapa bentuk
tablet lain yang meskipun tidak diminum dapat memberikan efek sistemik. Diantaranya
tablet bukal, sublingual, dan implant.
Tablet bukal digunakan
dengan meletakkan tablet di antara pipi dalam dan gusi, obat cepat melebur dan
diserap tubuh. Absorpsi melalui mukosa mulut lalu kemudian ke pembulu darah.
Tablet sublingual
digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah, obat cepat melebur dan
diserap oleh tubuh. Abosrpsi obat melalui mukosa mulut menuju pembuluh darah
dan keseluruh tubuh.
Tablet implantasi,
adalah tablet steril yang dimasukkan (diimplan) kebawah kulit, biasanya
berbentuk oval, pelet, bulat.
Untuk sediaan tablet
yang ada pada obat ranitidine berupa tablet ranitidine oral yang diminum dan
melalui pencernaan.
Ranitidin tablet
salut
Terdapat beberapa
jenis tablet salut menurut fungsi dan peruntukannya. Tablet salut gula atau
juga disebut dragee.
Tablet Salut Kempa
atau nama lainnya tablet dalam tablet, dimana tablet yang sudah jadi kembali
dikempa dengan granul halus dan kering disekitarnya. Dipilih karena lebih ekonomis
tetapi harus bebas kelembapan agar pembuatan tablet berjalan lancer.
Tablet salut selaput
dibuat dengan menempelkan penyalut atau menyemprotkan penyalut ketablet.
Tablet salut enterik, dibuat
dengan tambahan serabut yang berfungsi menyerap air dipencernaan, mengembang
lalu kemudian hancur. Jumlah serabut yang ditambahkan berdasarkan waktu lama
obat di lambung sehingga akan hancur di usus. Atau waktu hancur dapat
ditetapkan sesuai target tempat penyerapan obat.
Tujuan pembuatan
tablet salut enteric membuat obat tidak mengiritasi lambung (untuk jenis obat
asam atau obat pengiritasi lambung). Menghendaki obat berefek diusus seperti
pada obat cacing atau entelmetik. Menghindari obat menjadi tidak aktif di
lambung karena obat sensitive (menjadi tidak aktif) terhadap asam lambung atau
obat menjadi rusak karena enzim enzim yang ada di organ pencernaan (lambung)
sehingga dapat memberikan efek terapi yang optimal.
Ranitidine tablet
secara umum berbentuk tablet biasa tanpa salut. Bisa disalut tablet ranitidine berbentuk
salut selaput.
Penyerapan Ranitidin Tablet
Penyerapan ranitidine tablet
bermula dari masukknya tablet obat kedalam tubuh melalui diminum. Tablet setelah
melalui organ pencernaan atas masuk ke dalam lambung. Didalam lambung zat
penghancur yang ditambahkan di dalam bahan tablet mulai bekerja dengan
menghancurkan bentuk tablet menjadi bentuk kecil kecil (granul).
Dengan berubah menjadi
bentuk granul, luas permukaan tablet menjadi meningkat sehingga propabilitas
terkena cairan lambung meningkat yang menjadikan tablet menjadi semakin kecil
dan kemudian akhirnya melarut dalam cairan lambung.
Tablet yang sudah
melarut kemudian diabsorpsi oleh mukosa lambung yang kemudian diteruskan ke
dalam pembuluh darah untuk dihantarkan ke tempat aksinya berdasarkan reseptor
yang dituju.
Target obat ranitidine
cukup spesifik yaitu pada reseptor histamine H2. Obat yang telah diserap
dihantarkan ke reseptor H2 untuk menghambat ikatan secara kompetisi antara
reseptor H2 dengan senyawa yang memicu pelepasan asam lambung. Dengan obat
mengikat reseptor H2 maka efek sekresi asam lambung terhambat.
Farmakologi Ranitidin Tablet
Absorpsi oral,
penyerapan obat sekitar 50% dari dosis dalam tablet. Kemampuan obat melalui
sawar darah otak minimal. Obat mampu terdistribusi kedalam ASI, perlu hati hati
penggunaan pada ibu menyusui. Karena resiko bayi ikut meminum obat yang masuk
ke dalam ASI.
Sekitar 15% dari dosis
obat terikat dengan protein. Waktu paruh eliminasi oral obat ranitidine tablet
sekitar 2,5 – 3 jam pada ginjal normal. Pada pasien dengan Klirens kreatinin 25
– 35 ml/menit waktu paruh 4 – 8 jam. Untuk penggunaan obat ranitidine injeksi
intravena waktu paruhnya 2 – 2,5 jam pada pasien dengan ginjal normal.
Waktu paruh, adalah
waktu dimana dosis obat yang diserap oleh tubuh telah tereliminasi sebanyak 50%
melalui proses metabolisme tubuh.
Kadar obat mencapai
kadar tertinggi setelah penggunaan pada sediaan oral (tablet / sirup) sekitar 2
– 3 jam. Pada pemakaian IntraMuskular kadar puncak tercapai sekitar 15 menit.
Obat dikeluarkan dari
dalam tubuh dalam dua bentuk yaitu bentuk utuh dan metabolitnya. Sekitar 30%
obat penggunaan oral dieksresikan melalui urin dalam bentuk utuh. Pada
penggunaan injeksi intravena 70% obat dieksresikan dalam bentuk utuh tidak
berubah. Sisanya obat diekresikan melalui feses dalam bentuk metabolitnya.
Metabolit adalah obat
yang telah melalui metabolisme di dalam tubuh sehingga bentuknya (strukturnya)
telah berubah.
Uji Disolusi
Uji disolusi tablet
adalah uji dimana untuk menghitung waktu hancur obat didalam pencernaan.
Diatur suhu agar
sesuai dengan suhu di lambung, kemudian tablet di gerak gerakkan seolah olah
sedang dicerna oleh lambung.
Hasil perhitungan ini
digunakan memprediksi waktu hancur obat dalam pencernaan, sehingga untuk tablet
yang ditargetkan diaborpsi di lambung maka di lambunglah waktu hancur obat
tersebut. Sedangkan untuk obat yang target hancur diusus maka waktu hancur
tablet dicapai ketika obat sudah berada diusus atau tempat lain yang
dikehendaki.
Simak
video berikut ini untuk lebih memahami ranitidin tablet, tentang
perkiraan waktu hancur tablet di saluran pencernaan (lambung).
Syarat syarat tablet
Tablet yang baik jika
memiliki diameter tablet tidak melebihi 3 kali tebal tablet dan hendaknya tidak
kurang dari 1 1/3 lebar tablet.
Memiliki keseragaman
bobot, sehingga diharapkan zat aktif yang terkandung kurang lebih sama satu
sama lain.
Memenuhi waktu hancur
sehingga aborpsi obat dapat terjadi ditempat yang dikehendaki yang berimplikasi
efek terapi yang optimal dan maksimal.
Memiliki keseragaman
kandungan zat aktif yang dapat diuji dengan spektofotometri UV.
Memiliki waktu larut
yang sesuai target aborpsinya.
Penyimpanan ranitidine
tablet
Tablet ranitidine
disimpan di tempat sejuk, tempat kering pada suhu diantara 15 – 300C
(derajat Celcius) atau dalam satuan derajat
Fahrenheit (590F – 860F) dalam wadah yang melindungi
tablet dari cahaya matahari.
Merek Dagang Ranitidin Tablet
Berikut ini Beberapa
merek dagang obat ranitidine tablet yang ada di Indonesia :
Zantac/Acran
Aldin
Anitid
Chopintac/Chopintac
Forte
Conranin
Fordin
Gastridin
Hexer
Radin
Rancus
Ranin
Ranitidin Hexpharm
Ranticid
Rantin
Ratinal
Renatac
Scanarin 150/Scanarin
300
Tricker 150
Ulceranin
Wiacid
Xeradin
Zantadin
Zumaran
(Depkes)
Bentuk sediaan obat
rantitidine dipasar internasional lebih bervariasi bentuk dan penggunaanya
dibandingkan di indonesia. Bila diindonesia terdapat sediaan ranitidine tablet,
sirup dan injeksi, dii internasional terdapat ranitidine bentuk kapsul dengan
dosis 150mg dan 300 mg.
Terdapat juga
ranitidine infus, yang di campur dengan Natrium Klorida (NaCl) 0,45% tanpa pengawet.
Bentuk tablet untuk
larutan oral, atau biasa juga disebut sebagai effervescent. Tablet yang dimasukkan
kedalam segelas air kemudian melarut dalam air untuk kemudian dikonsumsi. Dengan
dosis 25 mg. bentuk sediaan ini mengandung phenylalanine dan pengawet sodium benzoate
(nama lainnya natrium benzoate).
Sediaan Generik untuk
obat ranitidine telah tersedia (telah habis masa patennya), kecuali untuk
sediaan effervescent belum ada produk generiknya.